BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi,
telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era
globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan
masyarakat baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan dibidang
pertahanan dan keamanan.
Dakwah
ke depan ini menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan merujuk
kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan
konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah
bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong
rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong
tinggi, sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.
Ada
yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan
menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya,
jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu
hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang
melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu
berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban
dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi di lapangan.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam pembahasan kali ini adalah :
1. Bagaimana
pengertian metode dakwah?
2. Apasaja
macam-macam metode dakwah?
3. Apasaja
sumber-sumber metode dakwah?
4. Bagaimana
pengaplikasian metode dakwah pada masa Rasulullah?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pengertian metode dakwah dan pembahasannya.
2. Untuk
mengetahui macam-macam metode dakwah.
3. Untuk
mengetahui dasar-dasar metode dakwah.
4. Untuk
mengetahui bagaimana aplikasi metode dakwah pada masa Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Metode Dakwah
Secara
etimologi metode dakwah berasal dari 2 kata yaitu ”meta” melalui
dan “hodos” jalan atau cara.[1] Metode
dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[2]
Menurut
Bakhial Khauli Metode Dakwah ialah suatu proses menghidupkan
peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari suatu keadaan
pada keadaan lain.[3]
Dari penjelasan diatas dapat diambil
pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.[4] Hal
ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pad suatu pandangan
human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.[5]
2.
Macam-macam
Metode Dakwah
Metode dakwah adalah
cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip
metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :
ادع
الي سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن .... (النحل : 16 :
125)
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ [ Q.S.
An-Nahl 16: 125 ].
Dari
ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang
menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah,
metode mau’izah
khasanah, meode mujadalah billati hia
ahsan.
Metode dakwah meliputi 3 cakupan:
·
Metode
bi al-hikam
Kemampuan dan ketepatan da’I dalam
memilih,memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u
artinya kemampuan da’I dalam menjalaskan donkrit-donkrit islam serta realitas
yang ada dengan argumentasi logis dan bahsa komunikatif.
Menurut Syeh Mustafa
Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas
dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat
menghilangkan keragu-raguan.
·
Metode
al-mau’idzah hasanah
Secara bahasa terdiri dari 2 kata
yaitu:mau’idzah dan hasanah mau’idhah berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan
I’dzatan yang berarti nasehat,bimbingan ,pendidikan,dan peringatan
Menurut abdul
hamid al-bilali: al-maui’zdah hasanah merupakan salah satu metode untuk
mengajak kejalan allah dengan memberikan nasehat atu bimbingan dengan lemah
lembut agar mereka mau berbuat baik.
Sedangkan menurut Imam
Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanudin, al-Mau’izhah
al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka,
bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Qur’an.[6]
Jadi maui’dhah
hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur:bimbingan ,pendidikan,
pengajaran ,kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang
biasa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat.
Menuri lebih besarut K.H. Mahfudz kata tersebut mengandung arti:
·
Didengar
orang,lebih banyak lebih baik suara panggilannya.
·
Diturut
orang,lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga menjadi lebih besar
kuantitas manusia yang kembali kejalan tuhannya,yaitu jalan Allah Swt.
Setelah kita telusuri kesimpulan dri
mau’idzatul hasanah mengandung arti
kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaandengan penuh
kelembutan;tidak membungkar atau atau membeberkan kesalahan orang lain sebab
kelemahlembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan hati yang keras
dan menjinakkan kalbu yang liar;ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada
larangan dan ancaman.
·
Metode
al-mujadalah
Metode
mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin
menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan
bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap
bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong
dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin
tentang tiga prinsip metode tersebut.
Selain
dari tiga metode dakwah tersebut di atas, juga terdapat metode dakwah yang
didasarkan pada hadis nabi yang artinya :
“Siapa di antara kamu
melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan
lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah
selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari
hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
a) Metode
dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini
terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa
difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat
efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
b) Metode
dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut,
yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan
menyakitkan hati.
c)
Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud
dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan
tetap mencintai madu dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah
menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin
memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati dai tetap sabar, tidak
boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan
dengan ikhlas hati dai hendaknya mendoakan objek supaya mendapatkan hidayah
dari Allah SWT.
3.
Sumber-sumber metode dakwah
a.
Al-quran
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali
ayat yang membahas tentang masalah dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada
yang berhubungan dengan para rasul dalam menghadapi umatnya. Selain itu, ada
ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi muhammad Saw ketika beliau melanjarkan
dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut menunjukkan metode yang harus dipahami dan
dipelajari oleh setiap muslim. Karena Allah tidak akan menceritakan melainkan
agar menjadi suri tauladan dan dapat membantu dalam rangka menjalankan dakwah
berdasarkan metode-metode yang tersurat dan tersirat dalam Al-qur’an, Allah Swt
berfirman yang artinya’’ Dan semua kisah-kisah dari rasul-rasul yng kami
ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya dapat kamu teguhkan hatimu,
dan dalam surat ini datang kedamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.[7]
b.
Sunnah
Rasul
Di dalam sunnah
rasul banyak kita temui hadits-hadits yang berkaitan dengan dakwah. Begitu juga
dalam sjarah hidup dan perjuangannya dan cara-cara beliau pakai dalam
menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di makkah maupun di Madinah.
Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya. Karena setidaknya kondisi
yang di hadapi Rasulllah Saw ketika itu dialami juga oleh juru dakwah sekarang
ini.
c.
Sejarah
Hidup Para Sahabat dan Fuqoha’
Dalam sejarah hidup para
sahabat-sahabat besar dan para fugaha cukuplah memberikan contoh baik yang
sangat berguna bagi juru dakwah. Karena mereka adalah orang yang expert dalam
bidang agama. Muadz bin jabal dan para sahabat lainya merupakan figur yang
patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah.
d.
Pengalaman
Experience Is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya
pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak.
Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang
kadangkala dijadikan reference ketika berdakwah.
Setelah kita mengetahui sumber-sumber
metode dakwah sudah sepantasnya kita menjadikannya sebagai pedoman dalam
melaksanakan aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
yang sedang terjadi.
4.
Aplikasi
Metode Dakwah Rasulullah Saw.
Ketiga
metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu
:
a.
Pendekatan
Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara
individual yaitu antara da’i
dan
mad’u langsung
bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi
yang ditimbulkan oleh mad’u
akan
langsung diketahui.
b.
Pendekatan
Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan
dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga
pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi
dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun
perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c.
Pendekatan
Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan,
da‟i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai
undience.
d.
Pendekatan
Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai
metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam
keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang
paling dalam.
e.
Pendekatan
Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga
para da’i ke daerah-daerah di luar tempat domisili.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Melihat
persoalan umat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan dengan
upaya yang serius dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan,
dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan-perubahan
sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat.
Mudah-mudahan Allah SWT
senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan
tidak terlambat, insya Allah.
B.
Saran
Dalam
pembahasan ini penulis belum begitu spesifik membahas tentang masalah metode
dakwah, maka dari itu disaranpan pada penulis yang lain agar lebih bisa
membahasnya secara detail terkait dengan hal tersebut.
[1] M.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 61
[2]
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), 242
[3] Ibid,
243
[4]
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama,1997), 43
[5]
Wahidin, Pengantar Ilmu…, 243
[6]
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 37
[7] M.
Munir, Metode dakwah, (Jakarta: Prenada Media, cet kedua, 2006), 19
slesai juga tugs ilmu dkwah saya, mksih,
BalasHapusBlack star avril lavigne
Pengertian ciliata
Lagu one direction full album