Jumat, 29 Maret 2013

Masalah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Melalui seks bebas yang dapat membahayakan mereka karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama AIDS. Penyakit ini sudah menggejala ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Namun kita harus mengakui pula bahwa masa remaja adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi  positif yang mereka memiliki seperti bakat, kemampuan, dan minat. Selain itu, masa ini adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Oleh karena itu, mereka diberi bimbingan agama agar menjadi pedoman hidup baginya.
Perkembangan menuju  kedewasaan memerlukan perhatian kaum pendidik secara bersungguh-sungguh. Diperlukan pendekatan psikologis-pedagogis dan pendekatan sosiologis terhadap perkembangan remaja, guna memperoleh data yang objektif tentang masalah-masalahnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah Problematika Remaja itu?
2.      Problem-problem Apa Saja  yang Ada pada Remaja?
3.      Factor-faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja?
4.      Upaya  Apa Saja yang Dapat Menanggulangi Kenakalan Remaja?


C.    TUJUAN
Di sini kami mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
1.      Untuk mengetahui problematika remaja
2.      Untuk mengetahui problem-problem remaja
3.      Untuk mengetahui factor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja
4.      Untuk mengetahui upaya apa saja yang  dapat menanggulangi kenakalan remaja


 
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Problematika Remaja
      Seperti yang kita ketahui bahwa remaja (siswa SLTP dan SLTA) adalah siswa yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Namun dalam menjalani proses perkembangan ini, tidak semua remaja dapat mencapainya secara mulus. Diantara mereka masih banyak yang mengalami masalah, yaitu yang menampakkan sikap dan perilaku menyimpang bahkan tidak wajar, seperti: membolos dari sekolah, tawuran, tindak kriminal, mengkonsumsi minuman keras (miras), menjadi pecandu Napza, dan free sex (berhubungan sebadan sebelum nikah).
Masalah-masalah itu terjadi tidak lepas dari pengaruh iklim lingkungan yang tidak kondusif, seperti: ketidakstabilan kehidupan sosial politik, ekonomi dan keamanan; ketidak harmonisan kehidupan dalam keluarga (perceraian orang tua, atau orang tua kurang memberikan curahan kasih sayang kepada anak); maraknya penjualan VCD porno, minuman keras dan Napza; banyaknya tayangan televisi yang kurang memperhatikan norma agama; dan pelecehan norma agama, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Dewasa ini telah banyak laporan  tentang berbagai kasus remaja yang berperilaku menyimpang. Salah satu laporan tersebut (kasus di Amerika Serikat) dikemukakan oleh William G. Wagner, dalam Jurnal “The Counseling Psychologist” (Vol. 24 No. 3, Juli 1996, halaman 360,363), yaitu sebagai berikut:
1.      Remaja tahun 1990-an diimpresi sebagai periode ketidakberdayaan (halpless period), sehingga mengurangi harapan masa depan dirinya maupun masyarakat. Disebut periode tersebut, karena menyimak beberapa laporan tentang banyaknya remaja yang akrab dengan:
a.       Alkohol dan obat-obat terlarang
b.      Senjata yang kaitannya dengan kematian
c.       Hubungan seksual yang menyebarkan penyakit HIV.
2.      Survey yang dilakukan oleh Departemen Sosial dan Ekonomi Internasional pada tahun 1988 di beberapa negara barat, seperti: Belgia, Canada, Jerman, Honggaria, Norwegia, Inggris, dan Amerika menunjukkan bahwa 2/3 remaja berusia 19 tahun telah melakukan hubungan seksual diluar pernikahan.
3.      Sonestein dkk. (1989) telah melaporkan hasil penelitiannya, yaitu bahwa sekitar 69 % remaja Afrika-Amerika telah melakukan hubungan seksual di luar nikah pada usia 15 tahun.

      Terkait dengan masalah-masalah remaja (dalam hal ini para siswa), Syamsu Yusuf L.N. (1998) dalam penelitiannya dibeberapa SMK Jawa Barat menemukan beberapa masalah siswa sebagai berikut:
1.      Masalah Pribadi
a.       Kurangnya motivasi untuk memepelajari agama
b.      Kurang memahami agama sebagai pedoman hidup
c.       Kurang disiplin
d.      Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
e.       Selalu merasa rendah diri
2.      Masalah Sosial
a.       Kurang menyenangi kritikan orang lain
b.      Kurang memahami tatakrama pergaulan
c.       Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
d.      Sikap kurang positif terhadap pernikahan
3.      Masalah Belajar
a.       Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
b.      Kurang memahami belajar yang efektif
c.       Kurang memahami cara membagi waktu belajar
d.      Kurang menyenangi mata pelajaran tertentu
4.      Masalah karir
a.       Kurang mengetahui cara memilih program studi
b.      Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir
c.       Masih bingung memilih pekerjaan
d.      Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah lulus
e.       Belum memiliki perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja.

      Penulis menyimpulkan penjelasan di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau rujukan bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam rangka menyusun program bimbingan dan konseling.
B.     Macam-macam problematika yang dihadapi Remaja
      Sebagai manusia biasa , remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, dan hal itu merupakan timbulnya berbagai problem pada remaja. Kebutuhan-kebutuhan tersebut ialah:
a.      Kebutuhan biologis
            Ialah motif yang berasal dari pada dorongan-dorongan biologis. Motif ini dibawa sejak lahir tanpa dipelajari dan bersifat naluriah.
b.     Kebutuhan psikologis
            Ialah segala dorongan kejiwaan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya. Kebutuhan ini bersifat individual.Kebutuhan psikis diantaranya;
c.      Kebutuhan Agama
            Gelisah Pada masa remaja kebutuhan beragama ini juga menonjol.Akan tetapi beragamanya didasarkan atas didikan dari kecil.Kalau dari kecil vgkurang didikan agama maka diwaktu remaja mungkin menjauhi diri dari agama bahkan ada yang menentang agama.Disamping itu agama remaja bergantung pada lingkungan masyarakat.
            Perasaan gelisah pada remaja dapat meruakan dasar bagi tumbuhnya kepercayaan kepada allah(iman).Banyak ajaran agama khususnya isalm yang menerangkan bahawa dengan beribadah atau mengingat allah selalu akan tenanglah jiwa penganutnya.Dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran agama adalah obat rohani(psikis)yang ampuh.
d.     Kebutuhan akan rasa Aman
            Rasa aman dibutuhkan oleh setiap masing-masing individu sebagai kebutuhan rohani. Kebutuhan ini juga bersifat universal karena semua makhluk tuhan membutuhkannya.
e.      Kebutuhan Sosial
            Kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal di luar diri. Seorang sosiologi W.I Thomas yang diungkapkan oleh Sartain (1973) sebagai berikut “He proposed that man has four wishes as called them :  for recognition, for response, for belonging and for new experience”. Menurut Thomas itu kebutuhan manusia itu ada empat : 
Ø  Kebutuhan untuk dikenal
Ø  Kebutuhan untuk mendapat response dari orang lain
Ø  Kebutuhan untuk memiliki
Ø  Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman yang baru
      Di samping kebutuhan sosial di atas, ada lagi beberapa kebutuhan sosial lain, yaitu:
·        Kebutuhan (motif) untuk dibutuhkan
·        Kebiasaan (habit)
·         Kebutuhan untuk berkelompok
·         Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan
      Kebutuhan-kebutuhan sosial tersebut di atas terdapat pada setiap orang termasuk anak remaja. Khusus pada remaja, kebutuhan-kebutuhan tersebut di bawah ini amat menonjol.
a.      Kebutuhan untuk dikenal
                        Biasanya cenderung pada remaja yang ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menarik perhatian orang lain, bisa juga untuk menarik perhatian jenis lainnya. Contohnya: berpakaian yang aneh-aneh, warna yang mencolok, kebut-kebutan dan sebagainya. Cara untuk menyalurkan motif-motif tersebut ialah dengan jalan membuka kesempatan keinginan-keinginannya, misal balap motor/mobil, lomba mode pakaian, lomba tarik suara, cerdas cermat, dan lain-lain.
b.      Kebutuhan berkelompok
                        Jika anak-anak muda berkelompok di pinggir jalan memang tidak sedap untuk dipandang, walaupun kita tahu bahwa itu disebabkan oleh adanya motif  untuk berkelompok. Maka dari itu seharusnya motif seperti itu mendapat penyaluran yang wajar misalnya dalam berorganisasi, berkarya, olahraga, perkumpulan pers dan lain-lain. Di sekolah hendaknya diberikan bimbingan berorganisasi oleh guru yang punya pengalaman. Dan dimasyarakat hendaknya disalurkan kepada organisasi masjid, karang taruna, dan lain-lain. Berorganisasi pada masa remaja dapat mendewasakan mereka.
c.       Habitat (kebiasaan)
                        Habit atau kebiasaan adalah dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena pengaruh lingkungtan. Mula-mula mencoba dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jika habit itu bermanfaat, sebaiknya hal itu dikembangkan. Misalnya kebiasaan berpakaian rapi, kebiasaan shalat, bangun pagi, dan sebagainya. Tetapi habit seperti kebiasaan merokok, mabuk-mabukan, pelacuran dan sejenisnya, hal-hal itu yang perlu dibasmi. Usaha para psikolog maupun guru BK untuk menghilangkan habit yang negatif itu kita kenal dengan behavioral therapy, atau dengan bahasa bebasnya terapi tingkah laku. Misalnya si perokok yang seharinya menghabiskan 40 batang rokok. Dengan behavioral therapy, diusahakan:
1)      Merokoknya dari 40 dikurangi menjadi 20 batang sehari, kemudian 15 batang sehari, selanjutnya 12 batang, 10 batang, berikutnya 9, sampai 1 batang, dan akhirnya habis.
2)      Kepada si pecandu rokok itu ditumbuhkan suatu sikap mental jijik terhadap rokok, sehingga dia bisa muntah jika mencium bau rokok.
3)      Pada fase ini kepada perokok ditumbuhkan sikap agar mampu mengampanyekan kepada setiap orang bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan, ekonomi dan sebagainya. Kalau fase ini sudah dapat dilakukan oleh penderita, maka terapi dianggap sudah selesai.

C.    Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
1.      Faktor makro: faktor sekitar atau lingkungan
a.       Keadaan Ekonomi Masyarakat
b.      Masa atau Daerah Peralihan
c.       KeretakanHidup Keluarga
2.    Faktor mikro: kepribadian remaja itu sendiri
Faktor kepridian itu yaitu faktor yang menyebabkan kenakalan remaja itu muncul dari dalam diri remaja itu sendiri. Faktor mikro yang berhubungan dengan hal ini ada tiga masalah.
a.       Praktek atau cara mengasuh anak
b.      Pengaruh teman sebaya
c.       Pengaruh pelaksanaan hukum
          Dengan penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan perlu diingatkan bahwa kenakalan remaja dapat diminimalisir dengan memberikan ruang gerak kepada para remaja dalam mengikut sertakan atau menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.

D.    Upaya-Upaya  Yang Dapat Menanggulangi Kenakalan Remaja
1.      Upaya Preventif
                        Kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah. Untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul upaya preventif lebih besar manfaatnya daripada upaya praktis karna jika kenakalan itu sudah meluas amat sulit menanggulanginya, banyak bahaya pada masyarakat, mengamburkan biaya, tenaga, waktu. Sedangkan hasilnya tidak seberapa. Upaya preventif dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian:
a.      Dirumah tangga (keluarga)
1)      Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama
2)      Menciptakan kekhidupan keluarga yang harmonis
3)      Adanya kesamaan norma yang dipegang antara ayah ibu dan keluarga lainnya dirumah tangga dalam mendidik anak-anaknya
4)      Member kasih saying kepada anak-anaknya secara wajar
5)      Member perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anaknya
6)      Memberi pengawasan secara wajar terrhadpa pergaulan anak di lingkungan masyarakat.
b.       Upaya di sekolah
1)      Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid
2)      Melengkapi fasilitas pendidikan
3)      Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru
4)      Mengintensifkan bagian bimbingan dan konseling di sekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini

c.       Upaya di masyarakat
Upaya setelah rumah dan sekolah adalah upaya di masyarakat, yang mana ketiganya mempunyai tujuan yang sama, apabila salah satunya tidak terpenuhi, maka  akan terjadi ketidakseimbangan hidup.

2.      Upaya Kuratif
                        Upaya yang dimaksud adalah upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut supaya kenakalan tersebut tidak meluas dan tidak merugikan masyarakat. Upaya kuratif secara formal dilakukan oleh polri atau kejaksaan negri. Sebab jika terjadi kenakalan remaja berarti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri mereka dan masyarakat.
a.       Upaya Pembinaan
1)      Pembinaan mental dan kepribadian beragama
2)       Pembinaan ilmu pengetahuan
3)       Pembinaan ketrampilan khusus
4)       Pengembangan bakat-bakat khusus
5)       Pembinaan kepribadian yang wajar, maksudnya membentuk pribadi anak supaya berkepribadian yang seimbang yakni seimbang antara emosi dan rasio, fisik dan psikis, keinginan dan kemampuan dan lainnya.




BAB III
PENUTUPAN
A.    KESIMPULAN
Kenakalan remaja dibeberapa kota besar di Indonesia dalam berbagai pemberitaan media semakin hari semakin meningkat. Kenakalan remaja ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini sangat memprihatinkan kalangan pendidik.

B.     SARAN
Dalam pembahasan ini penulis belum begitu spesifik membahas tentang MASALAH, maka dari itu disarankan pada penulis yang lain agar lebih bisa membahasnya secara detail terkait dengan hal tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Amin,Samsul Munir.2010.Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:AMZAH.
Arifin H.M. 1979. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan & Konseling dan Penyuluhan Agama. Jakarta: BULAN BINTANG.
S. Willis, Sofyan. 2008.  Remaja dan Masalahnya. Bandung: ALFABETA.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (studi & karier). Yogyakarta: ANDI..
Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: RIZQI PRESS.