BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah suatu tahap
kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja
adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba,
kriminal, dan kejahatan seks. Melalui seks bebas yang dapat membahayakan mereka
karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama AIDS. Penyakit ini
sudah menggejala ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Namun kita harus mengakui pula
bahwa masa remaja adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala
potensi positif yang mereka memiliki
seperti bakat, kemampuan, dan minat. Selain itu, masa ini adalah masa pencarian
nilai-nilai hidup. Oleh karena itu, mereka diberi bimbingan agama agar menjadi
pedoman hidup baginya.
Perkembangan menuju kedewasaan memerlukan perhatian kaum pendidik
secara bersungguh-sungguh. Diperlukan pendekatan psikologis-pedagogis dan
pendekatan sosiologis terhadap perkembangan remaja, guna memperoleh data yang
objektif tentang masalah-masalahnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Problematika Remaja itu?
2.
Problem-problem
Apa Saja yang Ada pada Remaja?
3. Factor-faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan
remaja?
4. Upaya
Apa Saja yang Dapat Menanggulangi Kenakalan Remaja?
C.
TUJUAN
Di
sini kami mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
1. Untuk mengetahui problematika remaja
2. Untuk mengetahui problem-problem remaja
3. Untuk mengetahui factor apa saja yang menyebabkan
kenakalan remaja
4. Untuk mengetahui upaya apa saja
yang dapat menanggulangi kenakalan
remaja
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Problematika Remaja
Seperti yang kita ketahui bahwa remaja
(siswa SLTP dan SLTA) adalah siswa yang sedang berada dalam proses berkembang
ke arah kematangan. Namun dalam menjalani proses perkembangan ini, tidak semua
remaja dapat mencapainya secara mulus. Diantara mereka masih banyak yang
mengalami masalah, yaitu yang menampakkan sikap dan perilaku menyimpang bahkan tidak
wajar, seperti: membolos dari sekolah,
tawuran, tindak kriminal, mengkonsumsi minuman keras (miras), menjadi pecandu
Napza, dan free sex (berhubungan sebadan sebelum nikah).
Masalah-masalah itu terjadi tidak
lepas dari pengaruh iklim lingkungan yang tidak kondusif, seperti:
ketidakstabilan kehidupan sosial politik, ekonomi dan keamanan; ketidak
harmonisan kehidupan dalam keluarga (perceraian orang tua, atau orang tua
kurang memberikan curahan kasih sayang kepada anak); maraknya penjualan VCD
porno, minuman keras dan Napza; banyaknya tayangan televisi yang kurang
memperhatikan norma agama; dan pelecehan norma agama, baik di lingkungan
keluarga maupun masyarakat.
Dewasa ini telah banyak
laporan tentang berbagai kasus remaja
yang berperilaku menyimpang. Salah satu laporan tersebut (kasus di Amerika
Serikat) dikemukakan oleh William G. Wagner, dalam Jurnal “The Counseling Psychologist”
(Vol. 24 No. 3, Juli 1996, halaman 360,363), yaitu sebagai berikut:
1. Remaja tahun 1990-an diimpresi sebagai
periode ketidakberdayaan (halpless period), sehingga mengurangi harapan masa
depan dirinya maupun masyarakat. Disebut periode tersebut, karena menyimak
beberapa laporan tentang banyaknya remaja yang akrab dengan:
a. Alkohol dan obat-obat terlarang
b. Senjata yang kaitannya dengan kematian
c. Hubungan seksual yang menyebarkan
penyakit HIV.
2. Survey yang dilakukan oleh Departemen
Sosial dan Ekonomi Internasional pada tahun 1988 di beberapa negara barat,
seperti: Belgia, Canada, Jerman, Honggaria, Norwegia, Inggris, dan Amerika
menunjukkan bahwa 2/3 remaja berusia 19 tahun telah melakukan hubungan seksual
diluar pernikahan.
3.
Sonestein
dkk. (1989) telah melaporkan hasil penelitiannya, yaitu bahwa sekitar 69 %
remaja Afrika-Amerika telah melakukan hubungan seksual di luar nikah pada usia
15 tahun.
Terkait dengan masalah-masalah remaja
(dalam hal ini para siswa), Syamsu Yusuf L.N. (1998) dalam penelitiannya
dibeberapa SMK Jawa Barat menemukan beberapa masalah siswa sebagai berikut:
1. Masalah
Pribadi
a.
Kurangnya
motivasi untuk memepelajari agama
b.
Kurang
memahami agama sebagai pedoman hidup
c.
Kurang
disiplin
d.
Masih
kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
e.
Selalu
merasa rendah diri
2. Masalah
Sosial
a.
Kurang
menyenangi kritikan orang lain
b.
Kurang
memahami tatakrama pergaulan
c.
Merasa
malu untuk berteman dengan lawan jenis
d.
Sikap
kurang positif terhadap pernikahan
3. Masalah
Belajar
a.
Kurang
memiliki kebiasaan belajar yang baik
b.
Kurang
memahami belajar yang efektif
c.
Kurang
memahami cara membagi waktu belajar
d. Kurang menyenangi mata pelajaran
tertentu
4. Masalah
karir
a. Kurang mengetahui cara memilih program
studi
b. Kurang mempunyai motivasi untuk mencari
informasi tentang karir
c. Masih bingung memilih pekerjaan
d. Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan
setelah lulus
e. Belum memiliki perguruan tinggi
tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja.
Penulis menyimpulkan penjelasan di atas
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau rujukan bagi konselor atau guru
bimbingan dan konseling dalam rangka menyusun program bimbingan dan konseling.
B.
Macam-macam problematika
yang dihadapi Remaja
Sebagai manusia biasa , remaja mempunyai berbagai kebutuhan
yang harus dipenuhi, dan hal itu merupakan timbulnya berbagai problem pada
remaja. Kebutuhan-kebutuhan tersebut ialah:
a.
Kebutuhan biologis
Ialah motif yang berasal dari pada dorongan-dorongan
biologis. Motif ini dibawa sejak lahir tanpa dipelajari dan bersifat naluriah.
b.
Kebutuhan psikologis
Ialah segala dorongan kejiwaan yang menyebabkan orang
bertindak mencapai tujuannya. Kebutuhan ini bersifat individual.Kebutuhan
psikis diantaranya;
c.
Kebutuhan Agama
Gelisah Pada masa remaja kebutuhan beragama ini juga
menonjol.Akan tetapi beragamanya didasarkan atas didikan dari kecil.Kalau dari
kecil vgkurang didikan agama maka diwaktu remaja mungkin menjauhi diri dari
agama bahkan ada yang menentang agama.Disamping itu agama remaja bergantung
pada lingkungan masyarakat.
Perasaan gelisah pada remaja dapat meruakan dasar bagi
tumbuhnya kepercayaan kepada allah(iman).Banyak ajaran agama khususnya isalm
yang menerangkan bahawa dengan beribadah atau mengingat allah selalu akan
tenanglah jiwa penganutnya.Dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran agama adalah
obat rohani(psikis)yang ampuh.
d.
Kebutuhan akan rasa Aman
Rasa
aman dibutuhkan oleh setiap masing-masing individu sebagai kebutuhan rohani.
Kebutuhan ini juga bersifat universal karena semua makhluk tuhan
membutuhkannya.
e.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan
yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal di
luar diri. Seorang sosiologi W.I Thomas yang diungkapkan oleh Sartain (1973)
sebagai berikut “He proposed that man has
four wishes as called them : for
recognition, for response, for belonging and for new experience”. Menurut
Thomas itu kebutuhan manusia itu ada empat :
Ø Kebutuhan untuk dikenal
Ø Kebutuhan untuk mendapat response dari
orang lain
Ø Kebutuhan untuk memiliki
Ø Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman
yang baru
Di samping
kebutuhan sosial di atas, ada lagi beberapa kebutuhan sosial lain, yaitu:
·
Kebutuhan
(motif) untuk dibutuhkan
·
Kebiasaan
(habit)
·
Kebutuhan
untuk berkelompok
·
Kebutuhan
untuk memperoleh penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan sosial tersebut di atas terdapat pada
setiap orang termasuk anak remaja. Khusus pada remaja, kebutuhan-kebutuhan
tersebut di bawah ini amat menonjol.
a.
Kebutuhan untuk dikenal
Biasanya
cenderung pada remaja yang ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
menarik perhatian orang lain, bisa juga untuk menarik perhatian jenis lainnya.
Contohnya: berpakaian yang aneh-aneh, warna yang mencolok, kebut-kebutan dan
sebagainya. Cara untuk menyalurkan motif-motif tersebut ialah dengan jalan
membuka kesempatan keinginan-keinginannya, misal balap motor/mobil, lomba mode
pakaian, lomba tarik suara, cerdas cermat, dan lain-lain.
b.
Kebutuhan berkelompok
Jika anak-anak muda
berkelompok di pinggir jalan memang tidak sedap untuk dipandang, walaupun kita
tahu bahwa itu disebabkan oleh adanya motif
untuk berkelompok. Maka dari itu seharusnya motif seperti itu mendapat
penyaluran yang wajar misalnya dalam berorganisasi, berkarya, olahraga,
perkumpulan pers dan lain-lain. Di sekolah hendaknya diberikan bimbingan
berorganisasi oleh guru yang punya pengalaman. Dan dimasyarakat hendaknya
disalurkan kepada organisasi masjid, karang taruna, dan lain-lain.
Berorganisasi pada masa remaja dapat mendewasakan mereka.
c.
Habitat
(kebiasaan)
Habit atau kebiasaan
adalah dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena pengaruh lingkungtan.
Mula-mula mencoba dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jika habit itu bermanfaat,
sebaiknya hal itu dikembangkan. Misalnya kebiasaan berpakaian rapi, kebiasaan shalat,
bangun pagi, dan sebagainya. Tetapi habit seperti kebiasaan merokok,
mabuk-mabukan, pelacuran dan sejenisnya, hal-hal itu yang perlu dibasmi. Usaha
para psikolog maupun guru BK untuk menghilangkan habit yang negatif itu kita
kenal dengan behavioral therapy, atau
dengan bahasa bebasnya terapi tingkah laku. Misalnya si perokok yang seharinya
menghabiskan 40 batang rokok. Dengan behavioral
therapy, diusahakan:
1)
Merokoknya
dari 40 dikurangi menjadi 20 batang sehari, kemudian 15 batang sehari,
selanjutnya 12 batang, 10 batang, berikutnya 9, sampai 1 batang, dan akhirnya
habis.
2)
Kepada
si pecandu rokok itu ditumbuhkan suatu sikap mental jijik terhadap rokok,
sehingga dia bisa muntah jika mencium bau rokok.
3)
Pada
fase ini kepada perokok ditumbuhkan sikap agar mampu mengampanyekan kepada
setiap orang bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan, ekonomi dan
sebagainya. Kalau fase ini sudah dapat dilakukan oleh penderita, maka terapi
dianggap sudah selesai.
C.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
1.
Faktor makro: faktor sekitar atau lingkungan
a. Keadaan Ekonomi Masyarakat
b. Masa atau Daerah Peralihan
c. KeretakanHidup Keluarga
2. Faktor mikro: kepribadian remaja itu sendiri
Faktor kepridian itu yaitu faktor yang menyebabkan
kenakalan remaja itu muncul dari dalam diri remaja itu sendiri. Faktor mikro
yang berhubungan dengan hal ini ada tiga masalah.
a.
Praktek atau cara mengasuh anak
b.
Pengaruh teman sebaya
c.
Pengaruh pelaksanaan hukum
Dengan
penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan perlu diingatkan bahwa kenakalan remaja
dapat diminimalisir dengan memberikan ruang gerak kepada para remaja dalam
mengikut sertakan atau menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang
bernilai positif.
D.
Upaya-Upaya
Yang Dapat Menanggulangi Kenakalan
Remaja
1.
Upaya Preventif
Kegiatan
yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah. Untuk menjaga agar
kenakalan itu tidak timbul upaya preventif lebih besar manfaatnya daripada
upaya praktis karna jika kenakalan itu sudah meluas amat sulit
menanggulanginya, banyak bahaya pada masyarakat, mengamburkan biaya, tenaga,
waktu. Sedangkan hasilnya tidak seberapa. Upaya preventif dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian:
a. Dirumah tangga (keluarga)
1) Orang tua menciptakan
kehidupan rumah tangga yang beragama
2) Menciptakan kekhidupan
keluarga yang harmonis
3) Adanya kesamaan norma yang
dipegang antara ayah ibu dan keluarga lainnya dirumah tangga dalam mendidik
anak-anaknya
4) Member kasih saying kepada
anak-anaknya secara wajar
5) Member perhatian yang
memadai terhadap kebutuhan anak-anaknya
6) Memberi pengawasan secara
wajar terrhadpa pergaulan anak di lingkungan masyarakat.
b.
Upaya di sekolah
1)
Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis
murid
2)
Melengkapi fasilitas pendidikan
3)
Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh
guru
4)
Mengintensifkan bagian bimbingan dan konseling
di sekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk
mengelola bagian ini
c.
Upaya di masyarakat
Upaya setelah rumah dan
sekolah adalah upaya di masyarakat, yang mana ketiganya mempunyai tujuan yang
sama, apabila salah satunya tidak terpenuhi, maka akan terjadi ketidakseimbangan hidup.
2.
Upaya Kuratif
Upaya yang dimaksud adalah upaya antisipasi
terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut supaya kenakalan tersebut tidak
meluas dan tidak merugikan masyarakat. Upaya kuratif secara formal dilakukan
oleh polri atau kejaksaan negri. Sebab jika terjadi kenakalan remaja berarti
sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri
mereka dan masyarakat.
a.
Upaya Pembinaan
1) Pembinaan mental dan
kepribadian beragama
2) Pembinaan ilmu pengetahuan
3) Pembinaan ketrampilan khusus
4) Pengembangan bakat-bakat khusus
5) Pembinaan kepribadian yang wajar, maksudnya
membentuk pribadi anak supaya berkepribadian yang seimbang yakni seimbang
antara emosi dan rasio, fisik dan psikis, keinginan dan kemampuan dan lainnya.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Kenakalan remaja dibeberapa
kota besar di Indonesia dalam berbagai pemberitaan media semakin hari semakin
meningkat. Kenakalan remaja ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Hal ini sangat memprihatinkan kalangan pendidik.
B. SARAN
Dalam pembahasan ini penulis
belum begitu spesifik membahas tentang MASALAH,
maka dari itu disarankan pada penulis
yang lain agar lebih bisa membahasnya secara detail terkait dengan hal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,Samsul Munir.2010.Bimbingan dan Konseling
Islam. Jakarta:AMZAH.
Arifin H.M. 1979. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan
& Konseling dan Penyuluhan Agama. Jakarta: BULAN BINTANG.
S. Willis, Sofyan. 2008. Remaja
dan Masalahnya. Bandung: ALFABETA.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (studi
& karier). Yogyakarta: ANDI..
Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan & Konseling di Sekolah.
Bandung: RIZQI PRESS.